Selasa, 29 November 2011

Hajj Trip -2 (Mina-Arafah-Muzdalifah-Mina)

Perjalanan haji adalah seperti sebuah perjalanan kematian. Berikut prosesi pelaksanaan haji :
Tanggal 7 Dzulhijah kami menuju Mina untuk tarwiyah yakni untuk persiapan menuju ke Mina. Tidak semua jamaah haji Indonesia mendapat kesempatan tarwiyah. JAdi kondisi Mina pada hari tarwiyah tidak ramai *mungkin hanya sekitar 25% yang melakukan tarwiyah*
Di Mina disediakan tenda tenda yang menampung sekitar 80 orang setiap tenda. Di sini disediakan beberapa kamar mandi/toilet untuk beberapa tenda.
Dimana setiap orang mendapat tempat seukuran badan. Ukuran ini seperti seukuran kuburan manusia. Berbagai watak akan terlihat disini. Tidak hanya di tenda juga di toilet maupun tempat antrian makan.

Di Mina saya tidur berdekatan dengan Mbak Neni dan Mbak Lies *yang juga satu bis dan dg Ceu Neni malah satu kamar ketika di appartemen.* Di sebalah kanan dengan Ibu Eny dari Tarnatte. Alhamdulillah dengan orang sebaik baik mereka saya dapat menjalankan ibadah dengan baik. Semoga silaturrahim tetap dapat terjaga....

@Mina with Dara dara Cilegon (Mbak Neni dan Mbak Lis)

Selama di Mina sholat dilakukan dengan mengqada tanpa menjama' Jadi misalnya sholat zuhur dikerjakan diwaktu zuhur sebanyak 2 rakaat dan Ashar pada waktu ashar 2 rakaat. Tidak ada sholat sunat rawatib kecuali sholat sunat fajar. Setiap waktu sholat dilakukan berjamaah dan ba'da sholat juga ada tausiyah.

Suasana Tenda Mina Saat Tarwiyah@Mina, 7-8 Dzulhijjah 1432 H

Wukuf di Padang Arafah memiliki arti seperti di padang Mahsyar. Haji adalah wukuf di Arafah. Dimana ini merupakan salah satu wajib haji. Tidak syah haji seseoranmg tanpa wukuf di Arafah. Lautan manusia karena semua yang berhaji berkumpul di Padang Arafah sejak matahari tergelincir sampai dengan matahari terbenam (magrib). Kami meninggalkan Arafah setelah Isya. Jadi Sholat Isha di jama' Taqdim di Arafah. Setiap pergerakan juga harus penuh kesabaran. Dengan jutaan umat, setiap pergerakan bukan tak mungkin adanya macet. Sehingga selalu diusahakan kita selalu siap, kita yang menunggu bis *bukan bis menunggu kita*


Wukuf @ Arafah


Mabit @ Muzdalifah 10 Dzulhijah dini hari, lagi nyari batu untuk jumroh



@ Jamarat Aqobah tgl 10 Dzulhijah

Setelah selesai wukuf kembali Mabit ke Mina. Mabit di Mina sebagaimana seperti di alam kubur.


Sesaat setelah tawaf Iffadah tanggal 12 Dzulhijjah

Kami mengambil nafar awal sehingga meninggalkan Mina untuk tawaf Iffadah pada tanggal 12 Dzulhijjah. Alhamdulillah proses haji selesai wajibnya. Kemudian selanjutnya kami menuju Madinah untuk Ibadah sholat Arbain.

Pada awalnya kami berniat melakukan tawaf iffadah tanggal 10 Dzulhijah setelah jumroh aqobah. Namun ini tidak mudah... Karena rombongan kami *atas pertimbangan berbagai hal termasuk angkutan dan kondisi ke Masjidil haram melakukan tawwaf iffadah setelah selesai jumrah pada saat nafar awal yakni tanggal 12 Dzulhijah.*
Akhirnya kami putuskan mengikuti rombongan untuk tawwaf iffadah tanggal 12 Dzulhijah.
Saya sempat dapat cerita dari seorang Ibu dari Brebes yang ketemu di Masjid Nabawi, bahwa bliau dan suami melakukan tawaf iffadah tanggal 10 Dzulhijah dengan berjalan kaki dari Mina ke Masjidil Haram.




Hajj Trip -1 (jeddah-makkah/apprt)

Alhamdulillah tahun 2011 / 1432 H kami diberikan kesempatan menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Kami berangkat dengan dibantu oleh NRA Travel(Nur Rima Alwalii) pada tanggal 30 Oktober 2011 yang merupakan sudah di bagian akhir (gelombang ke-2). Sehingga kami dapat langsung menuju Makkah. Rencana perjalanan ini adalah menunaikan ibadah haji kemudian ke Madina untuk ibadah Arbain dan kemudian kembali ke Makkah sebelum pulang kembali ke tanah air.

Alhamdulillah setelah mengalami antrian panjang di imigrasi Saudi (kurang lebih 6 jam) kami mengambil miqat di Bandara King Abdul Azis menuju ke kota Makkah. Agar kondisi persiapan sebelum tarwiyah ke Mina lebih baik lagi, sementara kami tinggal di apartemen di daerah yang tidak jauh dari Tan'im (salah satu tempat untuk mengambil miqat Umrah). Kalau dari Masjidil Haram cukup jauh dan perlu naik bis. Untuk menjaga kesiapan fisik haji selama di Mina-Arafah-Muzdalifah-Mina maka memang tidak disarankan untuk melaksanakan shalat di Masjidil Haram.


Suasana pagi sekitar apartemen, udara Makkah sedang sejuk...

Foto diatas diambil sekitar appartement, ketika jalan jalan pagi setelah tausyiah subuh. Udara di Makkah sedang dalam kondisi sejuk dan cenderung dingin.

Jamaah haji Indonesia memang kebanyakan Haji Tamattu (mengerjakan umroh sebelum haji). Namun karena kebetulan aq sedang berhalangan *dapat bulan* maka aq tidak dapat melaksanakan umroh diawal kedatangan. Hal ini memang sudah sempat kami konsulkan dengan beberapa ustazah. Aq memang tidak minum Obat Pengatur Haid (OPH) dengan beberapa pertimbangan.
Pertama karena siklus haid yang Insya Allah masih memungkinkan dapat mengerjakan haji setelah haid selesai.
Kedua beberapa wanita tidak cocok dengan OPH sehingga malah menimbulkan flek flek yang justru mengganggu ibadah hajinya

Dengan pertimbangan tersebut, dengan bismillah aq tidak minum OPH. Jadi pada awal kedatangan aq tidak bisa langsung umroh. Namun Alhamdulillah pada hari kedua sebelum berangkat ke Mina, aq bersih dan dapat mengerjakan ibadah umroh. Beberapa ustadz dan Ustadzah menyarankan apabila tidak bersihpun dapat diganti dengan niat haji Qirran. Namun berkat ijin Allah, tetap dapat menunaikan ibadah umroh sebelum haji. Sempat juga awalnya merasa sedih ga bisa umroh dari awal berangkat. Tapi dengan dikuatkan niat bahwa semua sudah diatur Allah, dan tentu ada hikmah dibalik semua ini. Di rombongan kami tentunya ada beberapa yang mengalamai hal yang sama dengan aq.

@Saptco Terminal setelah umroh dan ngantri nungguin Bis datang

Di Apartemen tetap menjalankan ibadah sholat berjamaah dan tausyiah rutin setelah subuh, asyar dan magrib. Memang salah satu kelebihan dari Haji plus adanya adalah bimbingan ustadz yang sangat membantu pemantapan program (ibarat seperti ikut pesantren selama program perjalanan). Jadi hari hari sebelum menuju ke Mina, diisi dengan pemantaban dan bimbingan ustadz dan juga menyiapkan fisik agar selama di Mina dapat terjaga kondisi fisik dan juga tentunya 'hati'.

Untuk jamaah yang berhalangan, dari pihak Travel diberikan kesempatan dengan diantar oleh muttawif untuk umroh. Dan setelah itu jika memang ingin tetap beribadah ke Masjidil Haram maka dapat menggunakan bis yang melewati appartemen kami. Hal ini memang tidak disarankan, tapi kita tentu ingin memanfaatkan ibadah ditanah Haram yang pahalanya berl;ipat ganda.
Ada pengalaman menarik naik bis Saptco. Dan ketika pulang setelah magrib suasananya rameeee bener dan ketika nawar naik taxi, harganya gila-gilaan. Dari masjidil Haram ke apartemen diminta 200 SR. Akhirnya kami coba naik Bis. Jika naik bis di Arab, Pintu wanita dan laki2 tidak sama. Sehingga kita akan terpisahlah dengan para suami. Sedangkan masuk bis juga desak-desakan *jauh lebih sulit dibanding naik DAMRI Jatinangor he he * Setelah dapat masuk kita tidak tau apakah para suami masuk dan tentunya berhubung malam. Untungnya mutawiif kami, Hafiz telpon saya dan bilang bahwa semua bapak bapak sudah ada di depan. PAdahal rasanya deg degan gag karuan pas naiknya. Sudah rebutan, berdiri dan ga tau nanti akan turun dimana, suami ga kliatan pulak.

Klo nyang ini mejeng dengan Opick after Lunch @ apartement

Di Appartemen, pembagian kamar tidak digabung antara suami istri. Hal ini selain untuk menjaga ihram* tidak boleh hubungan suami istri* juga dikondisikan dengan keadaan di Mina. Misalnya di Appartement kita mesti sharing kamar mandi dengan beberapa kamar lainnya.
Di appartement walaupun bisa mencuci, tidak tersedia jemuran khusus maupun mesin cuci. Aku sendiri memang prepare baju untuk 10 kali ganti jadi sampe 10 hari masih aman. Jadi aku pertimbangkan nyuci setelah dari Mina. Tapi klo nyuci2 CD mungkin ndak apa apa. Karena bagaimanapun di appartemen kamar mandi juga sharing. Jadi klo nyuci nyuci nyari waktu yang pas. Kalo laundry juga tersedia, tapi mayan mahal dan lama (5 SR per potong). Dan kejadiannya yang laundry sebelum ke Mina baru dibagikan setelah di Madinah.

Saya sekamar dengan 3 orang Ibu Ibu lainnya yang Alhamdulillah baik baik dan sholehah. Ibu Watiah dari Cilacap yang paling senior, Bu Dewi dari Sukabumi, Jeng Neni dari Cilegon. Tentunya sangat banyak manfaatnya pengalaman selama di Appartement. Semoga Silaturrahim dengan Ibu Ibu ini tetap terjaga sampai kapanpun.
Inilah para penghuni kamar di Lantai 2 (lupa nomornya). he he he he

*dari kiri ke kanan: Bu Dewi, Jeng Neni, eykeh, dan Bu Watiah*

Kami berangkat menuju Mina untuk tarwiyah pada tanggal 7 Zulhijjah. (next posting @Mina ).